"selamat datang"

silahkan melihat isi blog ini.

Sabtu, 18 Desember 2010

cerita kocak

"Kenapa Gajah Kalah Oleh Semut


Ada seekor semut hitam kecil sedang berjalan menaiki tubuh gajah besar sambil mendekati lubang telinganya.

Tak lama kemudian gajah besar itupun pingsan. (kenapa???) Ternyata semut kecil hitam itu berbisik ditelinga si gajah besar,

"Sayang,aku hamil dan kamu bapaknya"

Itulah sejarahnya


"Pertanyaan Senilai 2 Milyar Rupiah

Joko ikut kuis Who Wants To Be A Millionaire, dan menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan baik, sampai akhirnya tiba di pertanyaan terakhir yang nilainya 2 Milyar Rupiah!

Penonton semua menyaksikan dengan tegang, karena kalau Joko berhasil maka dia akan menjadi orang Indonesia pertama yang memenangkan kuis ini. Di bawah sorotan lampu, tatap mata penonton dan jutaan permirsa di seluruh Indonesia, Joko yang tetap terlihat tenang, siap untuk pertanyaan terakhirnya.

Dian Sastrowardoyo sebagai MC juga sudah bersiap-siap. Lalau dia mempersilahkan Joko memilih topik apa yang akan dijadikan pertanyaan terakhir. Joko yang gemar sejarah dan juga dosen mata kuliah yang sama dengan cepat memilih topik sejarah.

"Pak Joko, Anda telah memilih bidang sejarah sebagai pertanyaan terakhir Anda. Kalau anda berhasil menjawabnya, maka Anda akan pulang dengan 2 milyar rupiah. Sudah siap?"

Joko mengangguk dengan yakin. Pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang bukan mengenai sejarah saja bisa dijawabnya, apalagi yang ini.

"Nah...pak Joko. Pertanyaan ini adalah pertanyaan berbentuk 2 bagian. Anda bisa menjawab bagian yang mana saja lebih dahulu. Sebagai aturannya, pertanyaan bagian kedua selalu lebih gampang daripada bagian pertama. Sekarang, bagian mana dulu yang Anda akan jawab?"

Joko sekarang jadi sedikit gugup. Sejarah adalah bidangnya, tapi bagaimanapun tetap lebih aman menjawab pertanyaan yang lebih gampang dulu.

"Saya akan jawab bagian kedua dulu, yang lebih gampang"

Dian Sastro mengangguk. "Inilah dia, pertanyaannya. Saya akan menanyakan bagian keduanya dulu, baru bagian pertamanya".

Penonton menunggu dengan diam dan perasaan tegang...

"Pertanyaannya: Dan pada tahun berapakah peristiwa itu terjadi?"


"Cerita Seram Naik Bis TIngkat

Malam ini udara dingin sekali. Dua hari lagi hari raya Imlek akan tiba. Vivin yang sedang berdiri di halte, mengusap-usap telapak tangannya untuk mengusir dingin.

Sayup-sayup terdengar suara burung hantu di kejauhan. Vivin mengutuk bossnya dalam hati, karena memaksanya berangkat pada jam yang sangat tidak menyenangkan ini.

Vivin ditugaskan untuk mengantarkan sebuah paket ke sebuah gudang tua di ujung kota. Perjalanan ke sana memerlukan waktu sekitar setengah jam, dan satu-satunya jenis angkutan umum yang tersedia adalah bis bertingkat yang sudah tua dan jalannya lambat.

Setelah menunggu lama, akhirnya bis itu muncul. Vivin pun naik. Hanya Ada beberapa penumpang saja yang terlihat. Vivin terus melangkah menuju tangga karena dia memutuskan untuk duduk di tingkat atas saja. Tetapi langkahnya dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga.

Nenek itu berkata,"Jangan naik ke atas, nak. Di atas berbahaya." Vivin terkejut. Dia pernah mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang bis bertingkat seperti yang pernah diceritakan teman-temannya. Karena Merasa ngeri, Vivin pun mengurungkan niatnya untuk naik ke atas. Setelah memilih sebuah bangku yang agak jauh, Vivin duduk sambil membayangkan hal-hal yang mengerikan yang mungkin terjadi.

Perjalanan 30 menit yang menegangkan itu pun akhirnya dapat dilalui. Vivin telah sampai di tempat tujuannya, ketika bis bertingkat itu berhenti di sebuah halte. Vivin turun sambil menarik nafas lega, sementara bis itu kembali melanjutkan perjalanannya.

Keesokan malamnya, satu malam sebelum malam Imlek, Vivin kembali Ditugaskan bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama. Vivin pun kembali berangkat menuju halte. Bis yang sama dengan bis yang kemarin muncul lagi. Vivin naik.

Penumpang bis yang terlihat hanya beberapa orang saja. Vivin lalu berjalan menuju tangga. Tetapi di sana Vivin kembali dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga. Nenek yang sama dengan yang kemarin.

Nenek itu berkata,"Jangan naik ke atas, nak. Di atas berbahaya." Vivin teringat dengan pengalamannya kemarin. Ia merasa takut dan memilih untuk duduk di sebuah bangku yang agak jauh dari tangga. Setelah 30 menit, bis bertingkat itu akhirnya berhenti di halte tempat tujuan Vivin. Vivin turun dengan perasaan lega. Dan bis itu pun melanjutkan perjalanan kembali.

Keesokan harinya, tepat pada malam Imlek, Vivin kembali diberi tugas Oleh bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama Dengan sebelumnya. Vivin menunggu bis di halte sambil melihat kesekelilingnya.


Suasana kota terlihat meriah. Lampion dan hiasan berwarna warni Menghiasi sudut-sudut jalan. Ketika bis bertingkat yang ditunggunya datang, Vivin naik. Bis itu adalah bis yang sama dengan yang kemarin.


Vivin melihat ke arah bangku di dekat tangga, dan benar saja, nenek yang sama dengan yang kemarin terlihat duduk di situ.

Vivin lalu mendekati nenek keriput itu.

Sebelum nenek itu berkata apa-apa, Vivin mendahuluinya, "Nek, apapun Yang akan Nenek katakan, saya tetap akan naik dan duduk di atas. Malam ini adalah malam Imlek dan suasana kota begitu meriahnya, saya tidak takut akan sesuatupun!"

Tanpa menunggu jawaban apa-apa dari nenek tua itu, Vivin lalu naik ke atas. Tidak ada penumpang satu orang pun di atas. Vivin memilih untuk duduk di dekat jendela, dan menunggu dengan perasaan tegang.

Tetapi hingga 30 menit berlalu, tidak terjadi apa-apa. Akhirnya Vivin sampai di tempat tujuan, dan bis itu berhenti di sebuah halte. Vivin turun dari tingkat atas dan mencari si nenek keriput didekat tangga.


Setelah bertemu, lalu Vivin bertanya, "Nek, kenapa sih, Nenek melarang penumpang untuk naik ke atas? Saya sudah mencoba sendiri, ternyata di atas tidak ada apa-apa yang membahayakan. Sebenarnya ada apa sih, nek?"

Sambil menunjukkan jarinya ke atas, nenek keriput itu menjawab, "Di atas berbahaya, nak. Tidak ada supirnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar